20 Jenis Alat Penangkap Ikan Tradisional di Lampung dan Sumsel yang Sering Dipakai Nelayan

  • Whatsapp

Di provinsi Lampung dan Sumatera Selatan, maka para nelayan dan penambak udang dan nelayan seringkali menggunakan alat-alat tradisional untuk menangkap ikan.

Beberapa jenis alat-alat untuk menangkap ikan antara lain:

Bacaan Lainnya

  1. Empang
    Empang berupa dinding penghadang, digunakan untuk menghadang atau mengarahkan ikan agar
    memasuki areal penangkapan. Empang terbuat dari anyaman bilah-bilah bamboo dijalin dengan rotan
    berjarak 1 cm, panjang empang tergantung pada areal penangkapan dan umumnya berkisar 10-25 meter
    dengan ketinggian 2 meter.
    Empang dipasang pada perairan lebak dekat tepi sungai, lebung atau di muara –muara sungai
    kecil. Cara penangkapannya adalah menghadang ikan-ikan yang hendak migrasi ke sungai atau ke
    lebung-lebung menjelang air akan surut (mei-juli). Dibagian tengah empang terdapat rumah ikan sejenis
    perangkap yang disebut “lulung” dan ikan-ikan akan terkumpul dalam lulung tersebut. Selanjutnya dari
    dalam lulung tersebut ikan-ikan diambil dengan serok atau langgian. Lulung dilengkapi injab agar ikan
    yang telah masuk tidak keluar lagi. Ikan yang tertangkap berbagai jenis dan ukuran.
  2. Bubu Sepat
    Bubu ini terbuat dari bilah-bilah bambu yang diserut halus, tali rotan atau resam. Bilah yang
    digunakan berasal dari bambu yang sudah tua berdiameter 5 cm, panjang 1,5 m. Pembuatan bubu
    dimulai dari pembuatan bilah. Bilah bambu disusun terikat dengan tali rotan/sekam. Penyususunan
    dibentuk silinder dan didalamnya dipasang injab dari bilah yang lebih kecil lagi berbentuk kerucut. Bagian
    puncak injab dipasang pada bagian dalam sedangkan bagian alasnya dipasang terikat pada mulut bubu.
    Bagian ujung silinder bubu diberi pintu yang terbuat dari bahan yang sama.
    Pengoperasiannya dipasang terbenam dalam semak-semak belukar dipinggir sungai atau di
    rawa-rawa. Mulut bubu diarahkan menghadang datangnya aliran air. Pada sisi kanan kiri mulut bubu
    diberi pepah yang berfungsi untuk menghadang ikan agar masuk mulut bubu. Jenis ikan yang tertangkap
    antara lain ikan keli, selincah, bujuk, dan sertong tunggul.
  3. Bubu Belut
    Bubu ini hampir sama dengan bubu keli terbuat dari bilah-bilah bambu yang diserut halus, tali
    rotan atau resam, hanya saja ukuran bubu belut lebih kecil dari bubuy keli. Di dalam bubu belut juga
    dipasang injab dari bilah yang lebih kecil lagi berbentuk kerucut. Bagian puncak injab dipasang pada
    bagian dalam sedangkan bagian alasnya dipasang terikat pada mulut bubu. Bagian ujung silinder bubu
    diberi pintu sama seperti bubu keli.
    Pengoperasiannya agak berrbeda dengan bubu keli. Pemasangan bubu belut dilakukan dengan
    cara membuat lubang didepan mulut bubu kemudian bubu dipasang terbenam dalam lubang yang telah
    dibuat. Sesuai dengan namanya bubu ini dipergunakan untuk menangkap ikan belut.
    Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum I
    Muslim. 2004. Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan Tradisional di Perairan Sungai Penukal Kabupaten Muara Enim,
    Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia ke-1, tanggal 27-29 Juli
    2004 di Hotel Swarna Dwipa Palembang. Palembang
  4. Sengirai Sepat
    Sengirai berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 30x45x50 cm. Sengirai sepat terbuat
    dari bahan kawat. Umumnya alat ini dibeli dari pasar bukan hasil pembuatan sendiri berupa alat siap
    pakai.
    Pengoperasiannya ditempatkan di sawah, lebak, rawa-rawa. Apabila ada arus posisi mulut
    sengirai diarahkan ke hulu/menentang arus dan apabila tidak ada aliran air, posisi mulut sengirai dapat
    diarahkan kemana saja. Jenis ikan yang tertangkap sesuai nama alatnya yaitu ikan sepat mata merah.
  5. Sengirai Udang
    Bentuk sengirai udang hampir sama dengan sengirai sepat, namun bahan pembuatan sengirai
    udang terbuat dari bilah bamboo yang diraut halus dianyamn dengan tali rotan/resam. Cara
    pembuatannya yaitu bilah bamboo disusun terikat dengan menggunakan tali resam secara kuat.
    Penyususunannya dibentuk empat persegi panjang. Pada salah satu bidang sisinya dipasang terikat
    sebuah injab dari bilah yang lebih kecil berbentuk kerucut. Puncak injab ditempatkan dibagian dalam
    sengirai sedangkan alasanya diikat pada mulut sengirai.
    Cara pengoperasiannya, sengirai diikat dengan tali nilon kemudian tali nilon diikat dengan batang
    kayu di tepi sungai. Sebelum sengirai dimasukan ke dalam air, terlebih dahulu diberi umpan berupa
    potongan kelapa yang dijepitkan dalam sengirai. Sesuai dengan namanya sengirai ini diperuntukan untuk
    menangkap udang satang.
  6. Serkap
    Serkap berbentuk menyerupai kerucut terpotong, ujungnya terbuka, mempunyai rongga berbentuk
    bulat lonjong. Serkap terbuat dari bilah-bilah bamboo dianyam menyerupai kerucut terpotong diikat
    dengan rotan/nilon. Cara pembuatan serkap yaitu bamboo dibelah kecil-kecil hingga ke ruas bamboo,
    kemudian diikat secara selang-seling dengan rotan/nilon dalam tiga bagian sehingga serkap ini
    mempunyai rongga berbentuk bulat lonjong.
    Pengoperasian serkap dilakukan di perairan dangkal (sawah,rawa,lebung), serkap diselungkupkan
    pada ikan yang akan ditangkap. Lokasi yang ditiju untuk diserkap adalah lokasi yang sudah diperkirakan
    ada ikan yang bersembunyi, setelah diserkap, ikan ditangkap dengan menggunakan tangan yang
    dimasukan dari pintu bagian atas serkap. jenis ikan yang umum tertangkap dengan serkap adalah gabus,
    sepat dan betok.
    Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum I
    Muslim. 2004. Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan Tradisional di Perairan Sungai Penukal Kabupaten Muara Enim,
    Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia ke-1, tanggal 27-29 Juli
    2004 di Hotel Swarna Dwipa Palembang. Palembang
  7. Berumbung
    Berumbung terbuat dari bambu dengan panjang lebih kurang 80-100 cm terdiri 3-4 ruas, diameter
    4-5 cm. Bambu yang dapat digunakan untuk membuat berumbung adalah bambu yang sudah mati.
    Bambu yang baru saja ditebang tidak dapat digunakan untuk membuat berumbung. Diamater bambu
    yang digunakan tidak boleh terlalu besar dan juga terlalu kecil. Berumbung yang sudah dibuat diberi
    anyaman bilah di dalamnya supaya dalam berumbung agak sempit dan gelap.
    Cara pengoperasiannya, berumbung dipasang dalam air dengan cara digantung pada tiang
    dengan menggunakan tali. Tali diikatkan pada kedua ujung berumbung sebelum diikatkan pada tiang
    atau tumbuhan air. Kedalaman Berumbung dalam air berkisar 50-100 cm. Pemasangan berumbung
    dalam air dilakukan pada pagi hari dan penangkatan pertama kali dilakukan pada malam hari,
    pengangkatan berikutnya dilakukan pada malam dan pagi hari sebelum matahari terbit. Pada siang hari
    tidak dilakukan pengangkatan. Alat ini digunakan khusus untuk menangkap ikan botia.
  8. Tangguk
    Tangguk berbentuk menyerupai keranjang, terbuat dari rotan atau jaring berbingkai dengan ukuran
    tinggi 21 cm, panjang 56 cm dan lebar 42 cm. Pembuatan tangguk dimulai dari pembelahan rotan
    menjadi kecil dan diraut halus, disusun sedemikian rupa dan diikat dengan rotan juga. Tangguk ini diapit
    dengan bilah rotan dalam dua bagian, sehingga bentuknys persegi dan kuat.
    Pengoperasian tangguk dilakukan ke tepi sungai, terutama tepi sungai yang banyak akar
    pepohonan yang menjuntai ke sungai, rawa-rawa yang banyak tanaman air serta sawah. Jenis ikan yang
    tertangkap adalah sepat, betok, tempalo, lele, udang sarap dan ikan-ikan kecil.
  9. Kreman
    Kreman berbentuk empat persegi panjang, berukuran 1x2x0,5 m. Kreman terbuat dari bilah
    bamboo yang diikat pada kerangka kayu menggunakan tali nilon/rafia. Pembuatan kreman dimulai dari
    pembuatan kerangka kayu berbentuk empat persegi panjang. Bamboo dibelah-belah berukuran 3 cm
    (lebar), panjangnya disesuaikan dengan sisi kerangka. Bilah diikat dengan tali nilon/rafia untuk melekat
    pada kerangka. Keempat sudutnya dipasang tali yang berfungsi untuk pengangkatan kreman.
    Pengoperasinnya dilakukan ditepi sungai yang berarus tenang (teluk), dasar teluk landai dan tidak
    berlumpur. Sebelum dipasang kreman diberi ranting kayu dan dedaunan serta umpan berupa dedak
    dicampur cincangan ubi kayu. Jenis ikan yang tertangkap antara lain ikan palau, sihitam, are, berengit,
    jentulu.
    Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum I
    Muslim. 2004. Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan Tradisional di Perairan Sungai Penukal Kabupaten Muara Enim,
    Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia ke-1, tanggal 27-29 Juli
    2004 di Hotel Swarna Dwipa Palembang. Palembang
  10. Srue
    Srue berbentuk hampir menyerupai bubu, bahan pembuatan dan teknik pembuatannya juga
    sama dengan bubu yaitu bilah bambu dan tali rotan/resam. Pada bagian bawah srue diberi tapan yang
    terbuat dari bamboo yang dibelah dulu, berukuran sesuai diameter srue. Tapan ini berfungsi sebagai
    tempat umpan saat pemasangan. di Bagian tengah tapan ini dipasang injab tempat ikan masuk ke srue
    dan terperangkap tidak bisa keluar lagi. Ukuran srue lebih kecil dibandingkan ukuran bubu. Waktu dan
    tempat penggunaaan srue agak berbeda dengan bubu. kalau bubu dapat digunakan kapan saja tetapi
    kalau srue umumnya digunakan pada saat musim rawang. Alat ini hanya digunakan untuk menangkap
    ikan-ikan berukuran kecil yang banyak muncul pada saat musim rawang.
    Pengoperasiannya dipasang dengan menggunakan bantuan tiang sebagai penyangga dalam air
    supaya tidak terbalik. Lokasi pemasangan dilakukan di tepian pemandian penduduk desa. Jenis ikan
    yang tertangkap adalah ikan badar, mengkiring dan bunge.
  11. Jaring Hanyut
    Jaring hanyut berbentuk empat persegi panjang, ukuran mata jaring sama besar, panjangnya jauh
    lebih panjang dibandingkan dengan tingginya, tali pengikat jaring bagian atas dilengkapi pelampung,
    dibagian bawah dilengkapi pemberat.
    Pengoperasinya dengan cara memasang jaring melintang atau searah arus. Adanya daya apung
    dari pelampung dan daya berat dari pemberat, maka jaring akan terentang di perairan. Ikan yang
    berenang baik searah maupun melawan arus bila menabrak jaring akan terjerat atau terlilit. Mata jaring
    bervariasi mulai dari yang kecil (1 cm) untuk menangkap ikan seluang dan lambak, sampai yang besar
    (2-10 inchi) untuk menangkap ikan-ikan berukuran besar seperti belut tulang, sengarat, jelawat, sihitam,
    baung, tapa dan patin.
  12. Hanyut Tetap
    Bentuk dan ukuran jaring tetap sama seperti jaring hanyut. Pengoperasi jaring tetap dengan cara
    memasang jaring melintang atau searah arus di lokasi yang dangkal, biasnya dipasang disemak-semak
    rawa, sawah, tepi sungai atau dalam lebung. Mata jaring juga bervariasi seperti pada jaring hanyut.
    Jaring tetap yang dipasang di rawa-rawa dan swah umumnya ikan sepat, betok dan gabus. Jaring yang
    dipasang di tepi sungai ikan yang tertangkap adalah
    Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum I
    Muslim. 2004. Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan Tradisional di Perairan Sungai Penukal Kabupaten Muara Enim,
    Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia ke-1, tanggal 27-29 Juli
    2004 di Hotel Swarna Dwipa Palembang. Palembang
  13. Jala
    Jala terbuat dari benang nylon atau benang multi filament dengan mesh size antara 2-3 cm disirat
    dengan jumlah mata jaring semakin kebawah semakin banyak, dan bila dikembangkan membentuk
    kerucut besar yang panjang sisinya bisa mencapai 4-5 meter. Pada ujung kerucut jala diikat tali yang
    panjangnya 4-5 meter, sedangkan pada keliling kaki bagian bawah dilengkapi dengan pemberat berupa
    rantai terbuat dari besi atau timah.
    Pengoperasiannya dengan cara melemparkannya ke air yang diduga tempat berkumpulnya ikanikan dan dengan teknik tertentu jala dapat terbuka dengan lebar kemudian mengrungnya sehingga ikan
    tertangkap. Jenis ikan yang tertangkap dengan jala seperti ikan patin, kelemak, sebarau, seluang.
  14. Langgian
    Alat ini berbentuk serok yang dibuat dari bahan jaring dengan memakai sebuah gagang yang
    terbuat dari bahan bamboo. Jaring langgian diikat dengan tali nilon di ujung gangang supaya terikat kuat.
    Alat ini digunakan untuk menangkap ikan yang berenang pada permukaan air. Oleh karena itu langgian
    biasanya dilengkapi pelampung dari bekas sandal jepit atau gabus.
    Pengoperasiannya dilakukan dengan cara menyeser langgian ke arah ikan yang nampak
    berenang dipermukaan air. Alat ini lebih umum digunakan pada saat terjadi musim “bangar”, dimana ikan
    dan udang banyak yang muncul ke permukaan air karena terjadi perubahan kualitas air. Jenis ikan yang
    umum didapat ikan kelemak, ikan lampam., udang satang.
  15. Tangkul
    Tangkul berbentuk bujur sangkar dan terbuat dari jaring. Di keempat sudutnya masing-masing
    dihubungkan oleh sebatang bamboo kecil pada suatu bamboo lain sebagai tangkainya. Ukuran mata
    jating makin ketengah semakin kecil dengan mesh size 0,3 cm dan bagian pinggir 1-1,5 cm.
    Tangkul banyak digunakan dibagian tepi sungai dan danau. Pengoperasiannya dilakukan dengan
    cara diletakan di lokasi yang menjadi jalur ruaya ikan, selang beberapa menit tangkul diangkat dengan
    tangan. Ikan yang tertangkapnya umumnya ikan kecil-kecil seperti ikan seluang dan ikan lambak.
  16. Pancing
    Pancing terbuat dari senar,mata pancing dan bamboo sebagai gagangnya. Bentuk pancing sangat
    sederhana. teknik pembuatannya yaitu sebatang bamboo panjang dipotong sepanjang 1,5 meter,
    dibersihkan ranting bamboo dengan parang. senar dipotong sepanjang batang bamboo, mata pancing
    diikat pada ujung senar sedangkan ujung senar yang lain diikat pada salah satu ujung bamboo.
    Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum I
    Muslim. 2004. Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan Tradisional di Perairan Sungai Penukal Kabupaten Muara Enim,
    Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia ke-1, tanggal 27-29 Juli
    2004 di Hotel Swarna Dwipa Palembang. Palembang
    pengoperasian pancing sangat sederhana yaitu sebelumnya pancing diberi umpan dikaitkan
    dengan mata pancing lalu pancing dimasukan ke air yang diperkirakan tempat ikan berkumpul. Umpan
    yang sering digunakan berupa cacing, lipas, ulat, anak semut kerangga, gajeh dan ikan kecil. perairan
    yang umu dijadikan lokasi mancing biasanya sungai dan rawa. jenis ikan yang tertangkap betok, gabus,
    keli (di rawa), baung.
  17. Rawai
    Rawai terbuat dari bahan tali ris, senar dan mata pancing. Tali ris yang digunakan sangat panjang
    tergantung seberapa panjang rawai akan dipasang, biasanya 50 – 100 meter. Setiap meter tali ris
    dipasang mata pancing yang diikat dengan senar sepanjang 30 cm. Bagian ujung dan pangkal tali ris
    diikatkan pada batang kayu ditepi sungai.
    Cara pengoperasiannya, tali ris di dipasang ditepi sungai, setelah selesai setiap meter tali ris
    dipasang pancing yang telah diikatkan pada senar, kemudian mata pancing diberi umpan berupa ikan
    hidup. Rawai diberi umpan biasanya menjelang sore hari, keesokan pagi rawai baru dilihat. Jenis ikan
    yang umum tertangkap adalah ikan baung dan toman.
  18. Tajur
    Tajur terbuat dari bahan bambu, benang nilon/senar dan mata pancing. Pembuatan tajur dimulai
    dari pembuatan gagang dari bambu kecil beriamater 0,5 cm, panjang 1 meter. Bambu dibersihkan dari
    cabang-cabangnya, kemudian tali nilon/senar diikatkan pada ujung bambu, lalu pancing diikatkan pada
    ujung nilon/senar.
    Cara pengoprasiannya, tajur dipasang di tepi sungai dan rawa-rawa sekitar sungai. Sebelum
    dipasang tajur diberi umpan berupa ikan kecil, katak, lipas atau cacing. Gagang tajur ditancapkan di tepi
    sungai sedangkan tajur yang dipasang di rawa-rawa tidak ditancapkan dibiarkan terapung diatas
    semak/rerumputan rawa-rawa. Jenis ikan yang tertangkap dengan alat tajur antara lain ikan gabus, bujuk,
    keli, belut (di rawa-rawa), baung, toman, (di tepi sungai).
    Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum I
    Muslim. 2004. Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan Tradisional di Perairan Sungai Penukal Kabupaten Muara Enim,
    Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia ke-1, tanggal 27-29 Juli
    2004 di Hotel Swarna Dwipa Palembang. Palembang
  19. Tiruk/Serampang dan (20) Tombak
    Tiruk dan serampang digunakan untuk menangkap ikan secara individu dengan cara
    menancapkan alat tersebut ke sasaran. Setelah ikan tertikam maka ikan dapat diambil. Tombak matanya
    terbuat dari besi, sedangkan serampang gagangnya terbuat dari kayu dan matanya terbuat dari besi.
    Panjang mata tombak atau serampang 5-8 cm, sedangkan panjang gagangnya 1-1,5 meter dengan
    diameter 2-2,5 cm. Operasi penangkapan kedua alat tersebut dilakukan diperairan rawang saat air
    menjelang surut, ada juga diperairan sungai pada bagian tepinya, pada malam hari dan siang hari.
    Kebanyakan malam hari dengan alat bantu penerang berupa lampu senter. Alat ini umumnya ditujukan
    untuk menangkap ikan yang besar seperti ikan gabus, toman dan tapa.

Sumber Referensi:

  • Muslim. 2004. Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan Tradisional di Perairan Sungai Penukal Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia ke-1, tanggal 27-29 Juli 2004 di Hotel Swarna Dwipa Palembang. Palembang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar