Masyarakat Provinsi Lampung pada umumnya banyak mempunyai prosa (cerita rakyat) yang erat kaitannya dengan sikap, watak dan perilaku manusia, baik dalam kehidupannya bermasyarakat, berkeluarga, bermata pencaharian, mengolah alam, dan dalam perencanaan masa depan. Dalam penelitian ini ada beberapa cerita rakyat yang dapat direkam dan dituliskan, seperti: 1) Betung Sengawan (bambu seruas); 2) Si Radin jama Si Batin; 3) Si Bungsu dan Tujuh Saudaranya (Si Bussu Tian Pitu); 4) Sidang Belawan; 5) Sekh Dapur; 6) Raksasa dua bersaudara (Raksasa tian Khuwa Muakhi).
Selain adanya cerita-cerita rakyat di atas, masih ada lagi cerita rakyat lain yang belum sempat direkam dan dituliskan, oleh karena keterbatasan waktu. Pada waktu yang lain diharapkan cerita-cerita rakyat yang lainnya dapat dituliskan secara lengkap, seperti Kisah danau ranau, Anak Petani si Pintokh, Cerita Buay Selagai, Cerita Sukhai Cambai, dan lain-lain . Secara ringkas masing-masing cerita rakyat tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Cerita Rakyat Lampung Betung Sengawan (Bambu Seruas)
Pada zaman dulu, ada seorang raja yang bernama Raja Senapik, yang mempunyai anak laki-laki enam orang. Beliau berniat menghitankan anak-anaknya itu, setelah lahir anak yang ketujuh. Akan tetapi sampai anak-anaknya itu hampir dewasa, ternyata adiknya belum juga lahir, akhirnya diputuskan anak itu akan dikhitankan saja, walaupun anak yang ketujuh belum lahir.
Pada waktu persiapan pesta khitanan, mereka mengambil bambu yang besar-besar di hutan. Tiba-tiba dari sebatang pohon bambu yang ditebang, keluar seorang anak manusia, yang sudah berjalan dan berbicara. Anak tersebut dibawa ke istana.
Sebagaimana biasanya dalam acara khitanan, anak-anak yang dikhitankan diberi gelar, keenam anak itu pun diberi gelar semua. Sedangkan anak yang keluar dari bambu itu, memberi gelar dirinya sendiri, yaitu Pangeran Nyak Beduwowmu, yang artinya ialah Pangeran saya Budakmu.
Keenam putra raja itu merasa tersinggung, akhirnya mencari akal untuk membunuhnya, namun tidak berhasil. Akhirnya raja menyuruh anak bungsu itu mengembara, dan diberinya nama Pangeran Sangon Ratu. Kemudian ia bertemu dengan sorang raja yang bernama Raja Kilap, dan tinggal di istana raja itu. Dan akhirnya ia kawin dengan putri Raja Kilap.