Cerita Rakyat Lampung Si Batin dan Si Radin

  • Whatsapp

Di suatu desa hiduplah dua bersaudara yang miskin si Batin (kakak) dan Si Radin (adik). Pada suatu saat terlintas dalam pikiran manusia berdua ini untuk menjadi kaya dan memiliki harta yang banyak. Kemudian terlintaslah pikiran keduanya untuk bertan­ya kepada orang yang dianggap berilmu tinggi. Setibanya disana kedua kakak beradik ini diberi petuah dan amalan oleh orang tersebut dan harus dikerjakan setiap malam, karena petunjuk itu akan keluar pada waktu mimpi.

Sepulangnya mereka dari tempat orang keramat itu, langsung mengerja­kan petunjuk atau nasehat yang diberikan oleh orang tua tersebut. Siang malam mereka berdua mengamalkan ilmu itu sehingga keduanya memperoleh petunjuk dari Yang Maha kuasa melalui mimpi Si Batin. Dengan tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya, dan ia menduga bahwa petunjuk dalam mimpi itu adalah petunjuk dari Tuhan.

Bacaan Lainnya

Setelah terjaga dari tidurnya maka si Batin ini menceritakan tentang mimpinya itu, kepada adiknya (Si Radin). Sayangnya Si Batin ini tidak tau tempat yang terdapat dalam petunjuk itu. Dalam mimpinya itu mereka akan diberi rezeki berupa harta karun, yang terletak pada suatu tempat di dalam tanah di bawah pohon yang sangat besar.

Setelah diceritakan seluruhnya oleh Si Batin, ternyata Si Raden tahu tempat tersebut. Sebelum mereka berangkat mencarinya, Si Radin berjanji dengan kakaknya, bahwa mereka akan membaginya dengan adil. Setelah mereka menggali tiba-tiba alat mereka ter­sentuh suatu benda keras. Bukan main senang mereka berdua tatkala menemukan sebuah batu emas yang besar.

Setelah menemukan harta karun tiba-tiba Si Batin berubah pikiran, yaitu ingin memiliki sendiri, maka ia berkata kepada adiknya bahwa menurut mimpinya masih ada lagi harta karun yang belum digali. Oleh karena itu harta yang baru ditemukan untuk saya semua. Adiknya menjawab, mengapa begitu? kita sudah berjanji bahwa apa saja yang kita temukan, barangnya tetap kita membaginya dengan adil, tiba-tiba kau berkata demikian. Tetapi si Batin tetap memaksakan kehendaknya. Bukan main pedih hatinya si Radin, tetapi apa hendak dikata tak berani melawan kakak sendiri.

Akhirnya Si Batin yang memiliki emas yang berlimpah ruah itu, menjadi kaya raya seketika, ia hidup senang, segala keperluan rumah tangganya cukup. Tetapi akhirnya ia lupa bahwa emas-emas yang ia miliki itu, seharusnya diberikannya juga kepada masyarakat kampung untuk keperluan sosial, sebab kampung itu banyak orang-orang yang melarat.

Masyarakat melihat tingkah lakunya seperti itu, semakin lama semakin benci. Akhirnya mereka sepakat dengan tua-tua kampung dan kepala-kepala suku untuk membunuh si Batin ini, sebab ia tidak mau tahu dengan keadaan sekelilingnya. Kelemahan si Batin kini telah mereka ketahui, yaitu Tahan kulitnya akan hilang jika kena getah Kaghbang (sejenis kayu yang mempunyai getah pulut). Setelah terjadi peperangan Si Batin akhirnya terbunuh.

Pada suatu ketika isteri almarhum Si Batin ini mempunyai kesempa­tan untuk berkirim surat dengan adiknya yang sedang mengembara menjadi petani ikan, di hilir sungai, surat itu ditulis pada kulit kayu, yang isinya mengharapkan kedatangan adiknya ke kam­pung karena kakaknya telah dibunuh orang kampung serta hartanya telah mereka rampas, kemudian surat itu dihanyutkan di sungai.

Keluarga si Raden bersiasat dengan mengadakan pesta besar dan mengundang berbagai pihak yang diketahui terlibat dalam pembunu­han kakaknya. Terhadap makanan atau hidangan dalam pesta itu dicampurkan racun yang mematikan.

Setelah orang-orang yang diundang itu selesai makan, maka banyak yang pening kepalanya, bahkan ada yang langsung pingsan dan tak lama matilah semua orang-orang yang pernah membunuh kakaknya itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *