Dalam upacara pemberian gelar adat itu, teks ngamai adek (pepaccur) tidak hanya 3 (tiga) bait seperti contoh, bahkan sampai 12 (dua belas) bait. Berikut ini pupancogh yang ditujukan kepada mempelai wanita/perempuan (ngini adok (A), inai adek (O) dalam dialek A.
Dialek A:
Ghaja Angguwan (Raja Angguwan)
Teghang di bidang sukeu (Terang di setiap suku)
Adok siji cacakan (Gelar ini panggilan)
Sikam jak pagha lebu (Kami para paman bapak)
Sinji jong kimbang ghasan (Ini rupa modal hajat)
Ghaja Angguwan ku cumbu (Raja angguwan ku cumbu)
Mulai panas kebiyan (Mulai hari ini)
Ghubah cagha sai ghadu (Robah cara yang sudah)
Ngadopi miyanakan (Menghadapi keluarga besar)
Kipak pupida maghu (Juga sesama ipar)
Lemoh lembut umongan (Lemah lembut omongan)
Sopan santun gham tuju (Sopan santun kita tuju)
Gham bina kesatuan (Kita bina kesatuan)
Ghukun damai selalu (Rukun damai selalu)
Supaya masa depan (Supaya masa depan)
Upak celak mak laku (Umpat cela tidak laku)
Suwalau di lom sungkan (Sewalau di dalam kesungkanan)
Pughom dang ngelina (Mimik muka jangan nampak)
Haghus tabahkon iman (Harus tabahkan iman)
Tanda jelma builmu (Tanda orang berilmu)
Sai tuha pandai ngandan (Yang tua pandai mengasuh)
Sina guna gham mena (Itu guna kita yang tua)
Unyin tetulang mak mingan (Semua aduan tidak mempan)
Lamun bakal nijani hagha (Kalau bakalan bikin kaca)
Penjelasan:
Pada ngini adok (A) atau nginai adek (O) teks pepaccurnya tidak jauh berbeda dengan teks ngamai adok, isinya berupa nasihat yang ditujukan kepada mempelai wanita yang baru menikah, dilakukan pada saat upacara pemberian adat yang dilakukan oleh penyimbang (=pemimpin adat).
Sumber Referensi:
- Fauzi Fattah dan Sudihartono. 2016. Bahasa dan Aksara Lampung Untuk SMA/MA/SMK Kelas 12. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.