Teks Artikel Budaya Lampung – Provinsi Lampung merupakan provinsi yang didiami oleh berbagai suku bangsa di samping penduduk asli (etnis) yang memakai bahasa Lampung. Provinsi lampung terletak pada bujur timur 1050 dan 450 serta 1030 dan 480, dengan lintang selatan 30 dan 450 serta 60 dan 450 (jembatan=20). Luas provinsi Lampung 333.765 km2 dengan penduduk 3.141.939 orang (Kantor sensus dan statistik Provinsi Lampung 1974 dalam Hadi Kusuma, maksudnya: Prof. Hilman Hadi Kusuma, SH.) 1972: 2 dalam Struktur Sastra Lisan Lampung, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1985/1986:3).
Bahasa pendudukan asli Lampung dibagi atas dua dialek besar yaitu:
- Dialek Api atau A yaitu dialek yang dipakai oleh orang Belalau, Pesisir Teluk Semangka, Teluk Lampung, Tulang Bawang Atas, Krui, Komering, Melinting, Pubiyan;
- Dialek Nyow atau O yaitu dialek yang dipakai oleh orang-orang Abung dan Tulang Bawang. (Sumber Struktur Sastra Lisan Lampung, 1985/1986: 4).
Selanjutnya, berbicara tentang budaya Lampung, dikenal pula tentang adat Lampung yang menurut sumber di atas Adat Lampung terdiri dari: Adat Saibatin/Sebatin dan Adat Pepadun/Pepadun.
Masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/Sebatin meliputi daerah:
- Kabupaten Lampung Barat: Kecamatan Pesisir Utara, Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Balik Bukit, Kecamatan Belalau, Kecamatan Sumber Jaya, dan Kecamatan Sukau.
- Kabupaten Lampung Selatan: Kecamatan Penengahan, Kecamatan Kalianda, Kecamatan Sidomulyo, Kecamatan Ketibung, Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Cukuh Balak, Kecamatan Kota Agung, Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Pardasuka, Kecamatan Kedondong (yang disebut 5 terakhir, sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Tanggamus).
- Kota Madya Bandar Lampung: Kecamatan Teluk Betung Utara, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kecamatan Panjang.
- Kabupaten Lampung Tengah: Kecamatan Punggur, Kecamatan Kota Gajah, sebagian Kecamatan Sukadana, Jabung dan Labuhan Maringgai (yang disebut 3 terakhir merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Timur).
- Kota Madya/Kota Metro: di Kecamatan Metro Kibang.
Sementara itu, Masyarakat Lampung yang beradat Pepadun terdiri dari: Abung Siwo Mego, Tulang Bawang Mego Pak, Pubian Telu Suku, dan Buai Lima. Masyarakat yang beradat Pepadun ini tersebar pada 4 (empat) Dati II (Daerah Tingkat II/Kabupaten) di Provinsi Lampung.
Kemudian artikel/tulisan tentang budaya dalam hal ini budaya Lampung, lalu dikhususkan pada adat Lampung (telah disepakati adat Lampung juga merupakan budaya Lampung) yang tertulis pada buku sumber lainnya yaitu “Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kehidupan Budaya Lampung”, terdapat perbedaan antara Adat Saibatin/Sebatin dengan Adat Pepadun. Adat Sebatin mempertahankan kemurnian Darah Biru sedangkan Adat Pepadun memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk meningkatkan harkat dan derajatnya melalui peningkatan kedudukannya dalam strata adat asalkan mempunyai kemampuan ekonomis untuk memenuhi segala persyaratan yang memang membutuhkan dan tidak sedikit, disamping dukungan masyarakat. Masyarakat Lampung baik yang beradat Pepadun maupun Saibatin memiliki kesepakatan bahwa dalam kehidupan adat berpegang teguh pada kitab undang-undang keadatan Kuntara Raja Niti.
Sumber Referensi:
- Fauzi Fattah dan Sudihartono. 2016. Bahasa dan Aksara Lampung untuk Kelas 12. Bandar Lampung: Gunung Pesagi.
Dulu waktu sering ke Lampung untuk acara famtrip, beberapa kali berbincang tentang adat saibatin/sebatin, tapi sebatas ucapan, lupa apa pernah bahas lebih dalam. Saya suka Lampung Barat, udaranya sejuk, apalagi di musim kemarau, sering berkabut. Ada raja di sana ya, pernah liat ada suatu acara dan mereka gelar acara yang saya lupa namanya apa.
Senang banget nambah wawasan terkait budaya dan bahasa Lampung. Disaat beberapa teman sedang mengadakan acara di sana, saya cukup senang dengan membaca artikel yang nambah wawasan seperti ini saja
Makasih kak sudah mampir di blog saya dan baca artikelnya.
Indonesia itu memang luar biasa. Bahasa 1 daerah saja, tetap punya ciri khas bahasa yang berbeda, termasuk Lampung. Jadi penasaran, bagaimana dialek api dan nyow itu, hehehe. Semoga suatu saat, saya bisa berkunjung ke Lampung ya, kak, aamiin
Hehe, seneng aja pastinya kak denger orang Lampung pakai dialek A dan O…berasa pengen ikut ngomong..
menarik banget
apakah dialek Lampung masih digunakan hingga kini?
karena sewaktu saya ke Lampung, logat yang saya dengar adalah logat jawa yang kental 😀 😀
Hallo kak Maria…tentunya dong dialek A dan O masih dipakai sampai hari ini di Lampung.
Belum pernah ke Lampung dong, menarik banget ya.
Adat istiadat kayak gini seharusnya terus dilestarikan, agar budaya kita nggak diambil negara lain, terus kita bingung.
Salah satunya bahasa kali ya, atau dialek, kalau saya liat hampir semua anak-anak zaman now bahasanya pakai bahasa Yutub hahaha
Iya betul kak, penting banget memang adat istiadat Lampung untuk terus dilestarikan supaya gak punah.
Pernah mendalami soal latar belakang masyarakat Lampung ini buat menulis novel. Belum dalam sih, tapi memang berasa uniknya ya
Alhamdulillah, makasih ya kak sudah memasukkan budaya Lampung dalam novel yang kak Farida buat.
Soal dialek, aku punya kawan di Lampung Selatan, kalau berbahasa, mirip dialek orang Sumsel di Oki dan Oku. Apa karena sudah dekat dengan Sumsel ya?
Iya kak, memang OKU sekitaran muara dua itu mirip2 dialeknya kayak dialek Lampung pribumi (dialek A/Api dan O/Nyow).
Saya pernah punya teman seorang dokter hewan yang kebetulan ditempatkan di tulang bawang. nama nama daerahnya unik ya mas. Mudah diingat juga sih. Saya jadi ingin liburan ke Lampung, pengen sesekali ke pulau Sumatera
Aamiin kak, mudah2an suatu saat bisa berkunjung ke Lampung, jangan lupa mampir ke tempat wisata dan cicipi kulinernya ya..
Lampung dalam sejarahnya termasuk lokasi transmigrasi dulu era Soeharto ya mas. Bagaimana caranya menyaring budaya yang benar-benar asli Lampung dengan budaya yang sudah perpaduan? Aku cukup surprise baca link sosbud di blog Mas Wahid ini. Dialeknya aja banyak. Hahaha.
Betul sekali kak Mutia, bahwa daerah Lampung dulu memang jadi lokasi transmigran asal pulau Jawa dan sekitarnya. Dari situlah muncul banyak suku yang mendiami di Lampung, termasuk suku Jawa, Sunda, Bali pun ada.
Setelah beberapa kali berkunjung ke Lampung dan beberapa kabupaten yang ada, heterogren dan keberagaman Lampung itu benar-benar jadi obyek sejarah yang menarik. Meski sudah beberapa bagian dari jumlah penduduk dipenuhi oleh para perantau dari daerah lain, keaslian dan keberadaan suku asli Lampung harus tetap dilestarikan. Begitupun dengan adat istiadatnya.
Iya betul kak, Lampung memang banyak keberagaman adat dan budayanya yang perlu dilestarikan dari masa ke masa ya kak. Hal ini penting untuk menjaga kearifan lokal (Local Wisdom) supaya terus lestari agar tidak punah.
Adat dan budaya Lampung ini semoga terus dilestarikan dan tentunya para generasi muda banyak yang mempelajari ya, agar senantiasa terus berkembang
Betul Lampung memiliki ragam budaya peninggalan yangnperlu dilestarikan
iya memang kebudayaan lokal harus dilestarikan dari lintas generasi agar anak cucu terwarisi.
Iya setuju banget kak, sampai sekarang masih terus dilestarikan kak, dengan cara memasukan ke dalam materi pelajaran muatan lokal (Pelajaran Bahasa Daerah Lampung).
aku nih udah lama di Lampung belum banyak kenal budaya Lampung, baca ini jadi makin semangat mengenal budaya Lampung dengan makin seru!
Iya kak Naqi, semoga makin cinta Lampung ya, dengan ragam adat dan budayanya yang unik dan wajib dilestarikan terus-menerus.
Aku klo dengar kata Lampung, langsung inget transmigrasi
soalnya banyak temanku yg keluarganya jadi transmigran di lampung
Iya betul banget kak, dulu zaman presiden Soeharto, Lampung memang jadi target daerah transmigran dari pulau Jawa dan sekitarnya.
Menambah wawasan banget nih mengenai budaya di daerah lain ketika membaca artikel ini. Indonesia tuh beragam banget budayanya.
Upaya melestarikan adat dan budaya
serta bahasa Lampung yang harus diacungi jempol nih. Lampung punya keunikan yang luar biasa.