Pendidikan Kesehatan Reproduksi (KESPRO) Untuk Remaja Milenial dan Gen-Z Masa Kini

  • Whatsapp

Zaman sudah berubah drastis dan pergaulan remaja milenial dan gen-Z saat ini tidak seperti orang tua kita zaman dulu. Bahkan ketika ayah dan ibu saya berkenalan mereka selalu terpantau oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Mereka menjalani hubungan pertemanan untuk hal positif seperti meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik, saling belajar bersama ketika bersekolah, serta untuk memberikan semangat satu sama lainnya. Tidak ada hal-hal senonoh yang menjerumus pada hubungan seksual di luar nikah (seks bebas). Namun apa jadinya jika hubungan percintaan (pacaran) pada remaja masa kini dilandasi pada hal-hal seperti memuaskan hasrat seksual di luar nikah, sementara di ujungnya nanti terjadi hal-hal negatif yang tidak diinginkan? Tentu kita tidak menginginkan hal-hal semacam ini terjadi pada diri kita sendiri atau pada anak remaja kita?

Sebagai seorang guru Biologi di SMA Yadika Natar Lampung Selatan, maka saya juga selalu mendapatkan pertanyaan dari siswa/siswi saat masuk ke materi pelajaran biologi yaitu “Sistem Reproduksi Manusia” di semester genap kelas XI IPA.

Bacaan Lainnya

Mereka (siswa/siswi) selalu menanyakan kepada saya tentang penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) serta dampak dan solusi untuk menangani masalah tersebut. Ada siswa yang bertanya tentang penyakit gonore, sifilis, herpes dan bahkan hal-hal lain yang terkait dengan hubungan seksual di luar nikah. Bahkan pengalaman mereka sehari-hari seputar seksualitas tidak ragu mereka tanyakan kepada saya.

Sebagai seorang guru, saya lalu menjelaskan secara detail terkait penyakit menular seksual kepada mereka, sekaligus saya juga mengedukasi mereka tentang pentingnya pengetahuan terkait Pendidikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KESPRO).

Saya menyampaikan kepada siswa-siswi di sekolah bahwa pendidikan KESPRO ini sangat penting sekali diketahui semua siswa, artinya saya sebagai guru tidak mengajarkan kepada mereka untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah, saya ingin mereka itu menjaga martabatnya sebagai seorang pria maupun wanita. Selain itu, yang paling terpenting adalah mereka menjaga kesehatan organ reproduksinya dari sekarang dan untuk masa depan mereka nantinya.

Sebagai seorang remaja wanita, tentunya mereka harus menjaga harga dirinya, menjaga kehormatan organ reproduksinya agar tidak disentuh oleh orang lain yang bukan suami resminya. Sebagai seorang wanita juga perlu membiasakan diri untuk membersihkan organ reproduksinya secara rutin, serta tidak mudah terpengaruh oleh ajakan untuk berbuat tercela yang mengarah ke tindakan seksual berbahaya.

Dan kepada semua siswa laki-laki saya selalu berpesan bahwa, sebagai laki-laki (calon imam) harus berani mengambil sikap untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik, menghargai wanita, dan tidak melakukan hubungan seks bebas di luar nikah. Karena jika melakukan hubungan seksual di luar nikah, maka bisa saja akan terjadi beragam penyakit menular seksual yang muncul. Hal ini terjadi akibat ketidaktahuan riwayat pasangan. Yang paling saya khawatirkan kepada remaja milenial/gen-Z saat ini yaitu terkena IMS.

APA ITU IMS?

IMS adalah singkatan dari Infeksi Menular Seksual. Menurut Daili (2009), bahwa IMS merupakan berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual dan juga dapat melalui penggunaan jarum suntik secara bersamaan. Hubungan seksual yang dimaksud termasuk hubungan seks lewat liang senggama (vagina), lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal).

IMS dapat memberikan gejala bagi penderita yang terinfeksi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Djuanda (2013), gejala yang ditimbulkan bermacam-macam antara lain nyeri panggul, nyeri perut bagian bawah, urethral discharge, vaginal discharge, ulkus genitalis, oedem inguinal atau scrotum, infeksi mata pada neonatus dan lainnya. Gejala tersebut berbeda-beda pada setiap jenis IMS.

Menurut penelitian World Health Organization (WHO, 2005) terdapat lebih dari 30 macam jenis IMS yang terdiri dari berbagai macam etiologi. Adapun etiologinya dapat berupa bakteri, virus, dan parasit seperti Trichomonas vaginalis, Neisseria gonorrheae, Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum, Herpes simplex, Human papilloma virus yang banyak terdapat pada wanita yaitu sekitar 70% dan beberapa pada pria yang terinfeksi gonore atau klamidia. Gejala yang muncul pada orang yang terinfeksi etiologi tersebut bersifat asimptomatik.

Berdasarkan data WHO (2005) tercatat 448 juta kasus baru IMS (sifilis, gonore, klamidia, dan trichomonas) yang terjadi pada kelompok remaja dan dewasa berusia 15 – 49 tahun serta selalu terjadi peningkatan kasus pada kelompok wanita penjaja seksual (WPS). Selain kelompok tersebut masih ada kelompok lain yang rentan seperti wisatawan, pelaut, pecandu narkoba, peminum alkohol, homoseksual, berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual dan neonatus.

Menurut Daili (2009), bahwa peningkatan insidensi IMS dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah perubahan demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi, pergerakan masyarakat yang meningkat akibat perkerjaan ataupun pariwisata dan kemajuan sosial ekonomi. Akibat perubahan-perubahan tersebut maka terjadi pergeseran pada nilai, moral dan agama pada masyarakat seperti rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang IMS, perilaku seksual yang nonklasik seperti melalui anus atau melalui oral, perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten bagi kelompok-kelompok berisiko terinfeksi, perilaku minum-minuman beralkohol dan perilaku penggunaan penjaja seperti penggunaan jarum suntik secara bergantian.

IMS bisa dicegah dan diobati. Caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, tidak melakukan kontak seksual terhadap orang-orang yang memiliki riwayat pernah atau sedang dalam tahap penyembuhan IMS.

IMS bisa berbahaya bagi kesehatan reproduksi untuk masa kini dan masa depan. Bahkan, jika seseorang terkena IMS maka bisa mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa, dan yang lebih parahnya bisa mengakibatkan kematian.

MACAM-MACAM PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

Sejauh yang saya ketahui, ada beragam jenis/macam penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang berpeluang besar menginfeksi orang-orang dengan pergaulan keliru seputar seksualitas mereka sehari-hari, serta memiliki pengetahuan tentang kesehatan organ reproduksi (KESPRO) yang minim, seperti:

1. HIV/AIDS

Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) ini disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV tergolong retrovirus dan sulit untuk disembuhkan karena menyerang sel-T dan CD4 pada sel darah putih sebagai tempat produksi sel-sel imun tubuh. Bahkan orang yang sudah mengidap AIDS cenderung memiliki sistem imunitas tubuh yang buruk. Lebih lanjut, jika penyakit ini tidak tertangani dengan baik maka sistem imunitas tubuh dari tahun ke tahun akan memburuk hingga menyebabkan kematian.

Dilansir dari situs https://e-renggar.kemkes.go.id/, secara global, epidemi HIV mengalami penurunan sekitar 33% sejak 2001, sehingga pada tahun 2012 diperkirakan terjadi sekitar 2.3 juta infeksi baru pada dewasa dan anak. Kematian yang dikaitkan dengan AIDS menurun sampai 30% sejak 2005 karena peningkatan akses pengobatan ARV, termasuk kematian yang dikaitkan dengan TBC juga menurun sampai 30% sejak 2004. Kematian terkait AIDS menurun dari puncaknya pada 2014 dengan 1,7 juta kematian terkait AIDS pertahun menjadi 770 ribu kematian terkait AIDS pada tahun 2018. Program untuk meningkatkan cakupan pengobatan ARV juga mulai menuai hasil. Data WHO menunjukkan pada akhir tahun 2018 terdapat 23.3 juta penderita HIV yang sudah menerima pengobatan ARV. Peningkatan dari 7,7 juta pada tahun 2007 dan 17 juta pada tahun 2015. Secara relatif, terjadi peningkatan proporsi ODHA yang mendapatkan ARV dari 48% pada tahun 2015 menjadi 62% tahun 2018. Beberapa negara telah menjalankan Test and Treat dimana inisiasi pengobatan ARV dilakukan segera setelah hasil tes HIV positif tanpa perlu merujuk pada nilai CD4. Pengendalian HIV dan AIDS di Asia Pasifik cukup berhasil menurunkan infeksi baru HIV sampai dengan 9% sejak 2010. Di regional Asia Pasifik juga terjadi peningkatan cakupan pengobatan ARV dari 42% (tahun 2015) menjadi 54% (tahun 2018). Kematian yang dikaitkan dengan AIDS diperkirakan menurunkan sampai 200.000 orang atau menurunkan dari 240.000 orang pada 2015. Situasi epidemi HIV AIDS di Indonesia sampai dengan bulan September tahun 2020 masih terkonsentrasi pada populasi kunci dengan penyebaran kasus HIV AIDS di 484 (90.07%) dari 514 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan laporan perkembangan HIV AIDS Kementerian Kesehatan hingga September tahun 2020 diketahui bahwa jumlah kumulatif kasus HIV yang ditemukan sebesar 409.857 kasus, sedangkan jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 127.873 orang.

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) seperti dirilis dalam situs https://databoks.katadata.co.id/  mencatat, jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) terus meningkat sejak 2010-2019. Angkanya pun mencapai 50.282 kasus pada 2019, naik 7,78% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, jumlah kasus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) cenderung fluktuatif mengarah ke penurunan. Bahkan, Kemenkes mencatat kasus AIDS berkurang 30,95% menjadi 7.036 kasus pada 2019. Jumlah tersebut menjadi yang terendah sejak 2010.

HIV/AIDS ini dapat disebabkan karena hubungan seksual yang tidak sehat atau dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Orang-orang dengan orientasi seksual yang menyimpang seperti gay (homoseksual) rentan mengalami HIV/AIDS, atau ibu hamil juga bisa terinfeksi penyakit ini akibat suaminya yang sering “jajan” dengan wanita pekerja seks komersial (PSK). Bagi remaja, HIV/AIDS adalah sesuatu hal yang sudah umum diketahui dan bukan jenis penyakit baru, namun perlu diwaspadai.

HIV/AIDS ini dapat menular melalui cairan sperma, alat cukur yang tidak steril (sudah terinfeksi HIV), cairan vagina, penggunaan jarum suntik yang bergantian (bisa dari orang pengguna narkoba) dan jarumnya tidak steril antara orang normal dengan terinfeksi HIV/AIDS, dan aktivitas seksual lainnya.

Cara pencegahan diri dari HIV/AIDS yaitu memiliki lingkungan bergaul yang tepat/baik, tidak melakukan hubungan seksual sesama jenis, tidak menggunakan jarum suntik bergantian, tidak berganti-ganti pasangan saat hubungan seksual.

Perlu diketahui juga bahwa jika seseorang sudah terinfeksi HIV/AIDS ini, maka seumur hidupnya harus mengonsumsi obat-obatan seperti antiretroviral (ARV) agar kondisi imun tubuhnya tetap stabil.

2. Gonore/GO

Gonore disebut juga oleh masyarakat kita sebagai penyakit kencing nanah. Jadi pada orang-orang yang terinfeksi gonore ini, maka saat kencing akan mengeluarkan cairan seperti nanah, bisa warnanya kuning, putih agak kekuningan, bahkan dalam skala yang lebih parah bisa berwarna kuning kehijauan. Biasanya cairan ini berbau amis/anyir, baunya tidak sedap, dan tentunya tidak nyaman saat dilihat oleh si penderitanya.

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, merupakan jenis bakteri berbahaya (patogen) yang sangat cepat menyebar di bagian saluran kencing, kandung kemih dan organ reproduksi di sekitarnya.

Penyebaran bakteri gonore ini bisa terjadi akibat hubungan seksual tidak sehat antara satu orang dengan orang lain yang terinfeksi.

Penyakit gonore ini dapat disembuhkan namun dengan terlebih dahulu konsultasi kepada dokter agar diagnosa penyakit dan cara penanganannya tepat. Dokter biasanya akan memberikan semacam resep obat antibiotik tertentu untuk mengurangi gejala serta membasmi bakteri penyebab gonore ini.

Sebagai seorang remaja milenial dan gen-Z, pengetahuan tentang penyakit gonore ini sangat penting sekali, tentunya lebih waspada dalam berhubungan seksual dengan orang-orang yang diketahui punya riwayat gonore. Dan pastikan bahwa pasangan seksual kita terbebas dari penyakit ini. Karena penyakit ini bisa memberikan komplikasi lain di organ reproduksi kita jika penangannya tidak tuntas. Periksakan selalu kepada dokter yang ahli untuk penanganan gonore ini supaya permasalah gonore segera tertangani dengan baik.

3. Sifilis/Raja Singa

Orang awam dan remaja pastinya sudah ada yang tahu bahwa sifilis ini disebut juga sebagai penyakit raja singa. Menurut Sibero dan Suryani (2014) bahwa sifilis adalah penyakit kronis dan bersifat sistemik yang menyerang seluruh organ tubuh. Etiologi sifilis adalah Treponema pallidum. Sifilis dalam perjalanannya dibagi menjadi tiga stadium yaitu stadium sifilis primer, stadium sifilis sekunder, dan stadium sifilis tersier, dimana diantara tiga stadium tersebut terdapat fase laten, yaitu fase dimana tidak menimbulkan gejala klinis namun dari pemeriksaan laboratorium positif. Penegakan diagnosis sifilis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang pada sifilis berupa pemeriksaan mikroskopis dan uji serologik. Pemilihan pengobatan sifilis berdasarkan stadiumnya.

Gejala yang sering muncul pada penderita siflis yaitu luka tunggal atau lebih di sekitar organ kemaluan dan biasanya tidak timbul rasa nyeri melainkan luka itu akan sembuh dengan sendirinya.

Pada kondisi-kondisi klinis tertentu, muncul juga bercak-bercak merah di anggota tubuh lainnya, seperti di bagian kulit punggung, dada, lengan tangan, atau bagian paha dan kaki.

Selain itu, kelainan saraf pada jantung, pembuluh darah, dan kulit sering kali terjadi pada penderita sifilis ini.

Sifilis dapat disembuhkan dengan berkonsultasi kepada dokter agar mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat.

Sebaiknya jika para remaja sudah tahu dirinya menderita infeksi sifilis ini, maka tidak perlu malu dan menutup diri dari lingkungan sekitar. Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih dini agar penyakit sifilis ini tidak menyebar ke anggota tubuh lainnya.

4. Kutil Kelamin (Penyakit Jengger Ayam)

Seperti dikutip dari Alodokter, bahwa, kutil kelamin adalah benjolan kecil yang tumbuh di sekitar area kelamin dan dubur. Penyakit ini bisa dialami siapa saja yang aktif secara seksual. Kutil kelamin berbeda dengan kutil yang tumbuh di bagian tubuh lain, karena kondisi ini termasuk infeksi menular seksual.

Kutil kelamin disebut juga sebagai penyakit jengger ayam dan tentunya disebabkan oleh virus human papilovirus (HPV). Penyebaran virus ini bisa melalui aktivitas seksual seperti anal seks, oral seks, sentuhan kulit penderita kutil kelamin dengan orang lain yang sehat.

Para remaja atau orang dewasa yang menderita kutil kelamin ini umumnya akan merasakan gatal pada organ kemaluan, sekitar pangkal kemaluan hingga dubur, kulit organ kelamin seperti ada sensasi terbakar, nyeri dan bahkan bisa mengakibatkan pendarahan saat berhubungan seksual.

Untuk mencegah penyakit kutil kelamin ini maka sebaiknya bisa memeriksakan diri kepada dokter jika mengalaminya. Sejak dini melakukan pemeriksaan justru akan semakin bagus agar infeksi kutil kelamin ini tidak menyebar ke orang yang sehat.

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti tes kolposkopi, tes HPV-DNA, pap smear, dan pengobatan secara krioterapi, bedah laser, electrocautery, bahkan secara eksisi.

5. Herpes Genitalis

Herpes merupakan jenis penyakit yang paling umum menyerang remaja wanita dan pria. Herpes genitalis ini disebabkan oleh virus Herpes simplex (HSV). Penyakit ini dapat muncul karena seseorang kurang memperhatikan kebersihan organ reproduksi, atau kulit kemaluan terlalu lembab karena keringat, sehingga penting untuk menggunakan celana dalam (CD) berbahan katun yang mudah menyerap keringat sehingga udara di sekitar selangkangan tidak terlalu panas.

Umumnya gejala yang muncul pada seseorang yang terinfeksi Herpes simplex ini seperti misalnya terdapat bintil-bintil kemerahan seperti anggur yang bergerombol di sekitar kemaluan atau pada bagian pangkal dan seluruh bagian kemaluan. Pada beberapa kasus, herpes genitalis ini bisa merambah hingga ke bagian kulit dubur, atau bagian lipatan paha (selangkangan).

Selain itu, gejala yang paling umum adalah jika bintil-bintil berwarna merah itu pecah, maka terkadang akan terasa nyeri, kulit rasanya seperti terbakar (melepuh), menimbulkan bekas-bekas luka yang mudah mengelupas saat kering (muncul lesi-lesi pada kulit kemaluan), dan kadang-kadang luka tersebut dapat sembuh dengan sendiri, atau bisa juga terjadi muncul-tenggelam pada kondisi-kondisi tertentu.

Herpes genitalis ini dapat disembuhkan dengan berkonsultasi dan mendapatkan perawatan medis dari dokter. Periksakan diri jika ada herpes di sekitar organ reproduksi supaya penanganan cepat dan penyakit tidak menyebar ke area lain di sekitar organ kemaluan.

6. Kandidiasis

Kandidiasis merupakan jenis penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Habitat jamur ini dapat tumbuh di area kulit sekitar organ kelamin, pada bagian dalam vagina hingga servix, lipatan kulit seperti di sekitar selangkangan, mulut, tenggorokan, usus, dan organ tubuh lainnya.

Seperti dikutip dari situs https://pkbilampung.or.id/, biasanya gejala yang ditimbulkan pada laki-laki yaitu muncul keluhan gatal dan bintik-bintik merah di penis dan sekitarnya. Sedangkan gejala yang ditimbulkan pada perempuan adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal, gatal, panas, kemerahan di sekitar vagina.

Penyakit kandidiasis ini dapat menyebabkan komplikasi lain seperti kanker, diabetes, rentan tertular HIV/AIDS, serta menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Maka dari itu, melakukan pemeriksaan secara dini ke dokter sangat penting.

Penyakit kandidiasis ini dapat disembuhkan tentunya dengan pemberian obat-obatan oleh dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti tes darah, tes KOH, kultur jamur, tes cairan vagina, tes urine dan lainnya.

Untuk jenis pengobatan dan pencegahan penyakit kandidiasis ini maka dokter akan memberikan resep obat antijamur dan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit. Adapun jenis obat yang paling umum diberikan seperti butoconazole, caspofungin, nystatin, tioconale, vorikonazol, amphotericin B, dan lain sebagainya.

7. Klamidia

Klamidia yaitu jenis penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini bersifat patogen dan dapat menyerang pada bagian tertentu di organ reproduksi manusia. Umumnya gejala klinis yang dapat dilihat seperti terjadi nyeri, keputihan, serta pendarahan pasca melakukan hubungan seksual dengan pasangan.

Penyakit IMS jenis klamidia ini dapat menyerang bagian saluran kencing (uretra), sisi-sisi kulit dalam dan luar vagina hingga ke bagian servix dan rahim.

Untuk pencegahan dan pengobatan klamia ini bisa dilakukan secara dini atau jika gejala sudah ada bisa langsung berkonsultasi dengan dokter. Tentunya dokter akan memberikan semacam tes dan obat tertentu untuk mengurangi gejala bahkan menyembuhkan penyakit ini secara permanen.

Pendidikan Seks Usia Dini, KESPRO Kunci Kesehatan Reproduksi Remaja Milenial dan Gen-Z Masa Kini

Setelah mengetahui beragam jenis/macam penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang telah dijelaskan di atas, maka tentunya sebagai remaja penting sekali untuk meningkatkan derajat kesehatan pada organ reproduksi yang dimilikinya.

Kesehatan organ reproduksi sangat penting dijaga sejak dini, karena ini adalah investasi jangka panjang yang berpengaruh terhadap kualitas sperma (bagi pria), kualitas sel telur (bagi wanita), serta dampak positif pada kesuburan organ reproduksi itu sendiri.

Terkadang jika remaja lalai untuk membersihkan area organ reproduksinya maka seringkali akan menyebabkan banyak gangguan kesehatan organ reproduksi seperti penyakti IMS yang telah dijelaskan pada bagian paragraf sebelum-sebelumnya.

Pendidikan seks usia dini penting dibekali kepada anak-anak remaja, bahkan anak kecil dapat mendapatkan perhatian tentang hal ini dari orang tuanya.

Edukasi orang tua kepada anak-anak remaja mereka misalnya dengan membiasakan mengajak anak untuk membersihkan kemaluannya setiap kali mandi, pendidikan agama, memakai celana dalam (CD) minimal diganti dua kali sehari, tidak boleh melakukan tindakan seksual kepada orang lain yang belum sah sebagai suami-istri. Selain itu, edukasi orang tua dengan memberikan pengetahuan tentang kehidupan seks remaja dan memperkenalkan dampak-dampak positif maupun negatif seputar seksualitas adalah hal penting yang tidak boleh dianggap tabu.

Mari kita jadikan anak-anak sebagai sahabat terdekat, dengarkan keluh-kesahnya, karena sejatinya anak remaja adalah investasi/aset emas berharga bagi keluarga dan sudah semestinya dengan memberikan pengetahuan yang komperhensif terkait KESPRO ini agar masa depan anak terus terarah pada hal-hal yang tidak merugikan dirinya dan orang di sekitar. Pada akhirnya jika anak-anak kita sehat secara jasmani dan rohani, maka tumbuh kembang mereka akan semakin baik, dan orang tua pastinya akan bangga.

 Sumber Referensi:

  • Admin Website PKBI Lampung. 2021. Jenis Penyebab dan Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS). Tersedia secara online di situs: https://pkbilampung.or.id/2021/07/28/jenis-penyebab-dan-gejala-infeksi-menular-seksual-ims/.
  • Daili Fahmi Sjaiful. 2009. Infeksi Menular Seksual. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
  • Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2020. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI (Tahun 2020). Tersedia secara online di situs: https://e-renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-465827-3tahunan-768.pdf.
  • Djuanda Adhi, et.al (Ed). 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
  • dr. Tjin Willy (Alodokter). 2018. Kutil Kelamin. Tersedia secara online di situs: https://www.alodokter.com/kutil-kelamin.
  • dr. Merry Dame Cristy Pane. 2020. Candidiasis. Tersedia secara online di situs: https://www.alodokter.com/candidiasis.
  • Rizaty, Monavia Ayu. 2021. Kasus HIV di Indonesia Terus Meningkat, AIDS Cenderung Turun. Tersedia secara online di situs: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/07/02/kasus-hiv-di-indonesia-terus-meningkat-aids-cenderung-turun.  
  • Sibero, Hendra Tarigan dan Suryani, Devi Putri Amalia. 2014. Syphilis (Journal Vol 3, No 7, 2014). Tersedia secara online di situs: https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/470
  • World Health Organization (WHO). 2005. Guidelines for the Management of Sexually Transmitted Infections: Geneva.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *