Segata/Sagata/Adi-Adi/Pattun merupakan bagian dari sastra lisan dan non lisan Lampung yang harus terus dilestarikan keberadaannya. Sehingga kita sebagai masyarakat provinsi Lampung harus bangga dengan sastra daerah dan melestarikannya.
Pengertian Segata/Sagata
Segata/sagata adalah bagian dari puisi yang merupakan karya sastra yang terikat oleh aturan-aturan tertentu seperti banyak suku kata setiap baris, banyaknya baris setiap bait, persajakan atau irama.
Segata yaitu salah satu sastra Lampung yang berbentuk puisi/pantun yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris, dan bersajak akhir ab-ab. Ciri/karakteristik lain dari pantun Sagata ini adalah dua baris pertama merupakan sampiran yang kadang-kadang tidak mempunyai arti sama sekali. Biasanya baris pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris kedua bersajak dengan baris keempat.
Tujuan Segata/Sagata
Untuk mempertahankan adat, maka segata biasanya digunakan dalam acara-acara atau kegiatan sebagai berikut:
a. Akikah
b. Sunatan
c. Perkawinan dan acara adat
d. Kewafatan
e. Saat-saat setelah wafat/kematian
Fungsi Segata/Sagata
Segata dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki beberapa fungsi /kegunaan/manfaat yaitu:
- Digunakan sebagai ungkapan isi hati kepada seseorang (dari sibujang kepada si gadis atau sebaliknya);
- Dijadikan alat penghibur pada suasana bersantai atau dijadikan alat penghilang kejenuhan;
- Dijadikan Pelengkap acara cangget tarian adat Lampung (di lingkungan masyarakat Lampung Pepadun);
- Sebagai sarana pendidikan (edukasi) dan hiburan (refreshing);
- Untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan;
- Sebagai suatu pembukaan/penutupan acara-acara tertentu seperti acara adat pernikahan, dan lain sebagainya.
Macam-Macam/Jenis-Jenis dan Bentuk Segata/Sagata
Jenis puisi/segata ini pada umumnya digunakan masyarakat Lampung dialek “A” yang digunakan sesuai dengan tujuan isi puisi tersebut .
Ditinjau dari isinya sagata ada 5 macam/jenis yaitu:
a. Segata Ngebabang (pantun anak-anak)
b. Segata Buhaga (pantun percintaan)
c. Segata Nangguh (pantun ngebuka atau penutup kegiatan)
d. Segata Lalagaan (pantun berolok-olok atau kocak)
e. Segata Nyindekh (pantun sindiran)
f. Segata Hehiwang (pantun duka cita)
A. Sagata Sanak Ngababang (Pantuan Anak-Anak)
Yaitu hiburan bagi anak-anak yang sedang mengasuh adiknya.
B. Sagata Bukahaga/Buhaga/Bukhasan (Pantun Percintaan)
sagata buhaga adalah sebuah bentuk dari jenis sagata yang dimana memiliki berbagai macam bentuk rangkaian kata yang berada didalam kalimat yang akan memiliki berbagai maccam bentuk makna terhadap sebuah keinginan terhadap seseorang baik dalam bentuk percintaan.
Bentuk sagata ini berisikan pengungkapan isi hati sepasang remaja yang sedang bercinta. Bentuk sagata ini yaitu:
1). Sasimbatan (bersahut-sahutan)
Contohnya:
Bujang:
Api kik lawok angkat
Nyimbin iwane kodo
Api kham mufakat
Dacok kikhani kodo
Gadis:
Nangun kik lawok angkat
Iwane santokh nyimbin
Kuti haga mufakat
Hakhus pai penyin-penyin
2) Dilom Sukhat (Dalam surat)
Sagata ini biasanya dilakukan dengan berkirim surat antara sepasang remaja untuk mengutarakan isi hati nya masing-masing. Adapun bentuknya sama dengan sagata sasimbatan di atas.
3) Dilom babah (dalam pembicaraan)
Sagata ini diutarakan secara langsung dalam suatu musyawarah (biasanya ketika meminang gadis).
Contoh:
Mahappun sikindua numpang ngelokkon cawa, gegoh hani sgata ni sanak.
4) Dilom dawakha
Sagata ini merupakan pemberitahuan kepada gadis atau keluarganya, bahwa ada seseorang bujang akan berkunjung/bertandang. Biasanya sagata ini dilakukan dihalaman rumah atau disuatu tempat.
Contoh:
Mati khebu lalubi
Suluh pu halom-halom
Jak jawoh adik kunanti
Kusansat luwah kelom
Pekon ampai pekon kham
Banjakhbatin wat suha
Kik nyak yu santokh tikham
Kik adek halok mawat
5) Sagata Ngangga Hinik
Sagata ini dilakukan seorang bujang ketika ia akan berkunjung ketempat si gadis. Setelah ia berada disamping/di halaman atau belakang rumah si gadis, ia memberi kode dengan menyalakan korek api, sinar baterai atau memetik jari jempol dan telunjuk (methek). Ini dilakukan berkali-kali sampai ada balasan bahwa si gadis bersedia untuk ditemui atau orang tuanya memberitahukan bahwa si gadis tidak dirumah atau sakit.
Contohnya:
Kota dalom pekon lom
Khang laya batukhaja
Ku bidi kelom-kelom
Niat haga putungga
6) Sagata Nangguh (Pamitan):
Bentuk pantun ini disampaikan oleh gadis secara bergantian pada saat pertemuan dalam suatu kegiatan perkawinan. Kelompok gadis ini terbagi dua, yaitu kelompok gadis tuan rumah/muli baya dan kelompok gadis tamu/muli kawakhi.
Contoh :
Awal pembukaan:
Tuan rumah:
Sikop buhinjang kawai
Ali-ali dijakhi
Kawakhi ampai sampai
Api kabakh ni dudi
Tamu:
Sikop buhinjang kawai
Ali-ali dijakhi
Selamat pakhda munyai
Khena kabakh kham dudi
Saat gadis tamu akan pulang:
Tamu:
Kham pulipang betik
Andana ti takhima
Hanekan si ti kanik
Ngahakhap kilu khila
Tuan Rumah:
Ganta kodo kham lipang
Tekhima kasih siya
Hanekan si ti hiding
Mak luwah kimak khila
7) Sagata Salayuh
Bunyi segata/sagata ini menyatakan bagi pendengarnya karena bahasa dan kata katanya tidak teratur dan kasar berupa sindiran-sindiran kasar.
Contoh :
Khadu lohot ne mak ku
Iya cawa jama bapak
Enggok nyak ngamantu
Kik muli kicut pudak
8) Sagata Ijah Tawai
Sagata ini berisi nasihat, petuah, ajaran dan pendidikan (edukasi).
Contoh:
Wat dabingi dawah
Bukti uwat ni Tuhan
Dikhi kham kecah-kecah
Munggak medoh bu iman
C. Sagata Nangguh (Pantun Ngebuka atau Penutup Kegiatan)
Sagata nangguh adalah sebuah bentuk dari sagata yang dimana akan berisikan berbagai macam bentuk makna berpamitan yang dimana akan lebih dimulai dari berbagai macam bentuk ucapan salam terhadap hadirin yang dimana akan lebih seiring untuk digunakan pada saat pertemuan resmi.
Contohnya adalah:
Robbikum ya robbikum
Robbikum sollu ala
Assalamualikum
Jama ketti sai dija
D. Sagata Nyindekh (Pantun Sindiran)
Sagata nyindekh adalah sebuah bentuk dari jenis sagata yang dimana akan memiliki berbagai macam bentuk makna terhadap berbagai macam bentuk hal yang dimana dianggap kurang berkenaan.
Contohnya adalah:
Tanno nyak haga nangguh
Jama ketti sai dija
Hangon ku mawat hinduh
Jatuhni talak tiga
E. Segata Lalagaan (Pantun Berolok-Olok atau Kocak)
Segata lalagaan adalah jenis sastra Lampung yang berisi pantun saling berolok-olok atau isinya kocak dan menghibur.
Contohnya:
Putti tungkah di sabah,
Di uyak-uyak babui,
Nyak ngeliyak menghanai gayah,
Acak mak tughui-tughui.
(Artinya: pisang tanduk di sawah, diacak-acak babi, saya melihat bujang nganggur, lebih baik tidur-tiduran).
F. Segata Hehiwang/Hahiwang (Pantun Duka Cita)
Segata hahiwang/hehiwang Hahiwang merupakan salah satu puisi masyarakat lampung. Yang dikenal juga dengan nama Ringget. Bentuk hahiwang berupa puisi Lampung yang terdiri dari 6 baris seuntai, berisikan kesedihan, nestapa, keharuan, baik kejadian menyedihkan perorangan atau terhadap orang banyak. Hahiwang ini dikenal di Lampung pesisir atau peminggir. Simaklah contoh hahiwang dibawah ini.
Contohnya:
Dialek A
Gham mulai dicuba
Mulai ditahun sinji
Ditughunko tuhan gempa
Mawat beketantuan lagi
Hitungan para ulama
Seghadu maulid nabi
Ngedenting pukul lima
Ya nyampai telu ghani
Lamon sai mak ngeghasa
Lamban ghungkak unyinni
Gegoh kabanni kegha
Mejong tedunggut do sikam hinji
Badan liwon sengsagha
Sakik setengah mati
Lamon sai ghadu ngehema
Tantu do ghadu ngehema
Tantu do ghadu mati
Tiughau mak nimbal ya na
Ghepa lamun kak mati
Tepik pai tiyan sina
Nulung tiyan sai dudi
Lebih jak pukul lima
Ampai ghadu unyinni
Nyin haghta ghadu bela
Ghepa cagha lanjutni
Dialek O
Gham mulai dibaco
Mulai ditahun sijo
Diturunken tuhan mulei
Mak ketattuan lagei
Hitungan para ulama
Seghadeu maulid nabi
Bedeting pukul limo
Yo tigeh tigo panas
Nayah sai mak ngeghaso
Nuwo ghukkak unyenno
Gheggeh kabanno kegho
Mejjeng ngakeh akenlah ikam ijo
Badan keliwat sengsaro
Sakik setengah matei
Nayah sai mak ngeghammo
Tatteu non kak matei
Tararuh mak nimbal ya no
Geh nyo lamun kak matei
Tippik pai tiyan sino
Nulung tiyan sai dinei
Lebih tiyan sai dinei
Lebih jak jaman limo
Appai ghadeu unyenno
Najin dau kak gelik
Gehnyo caro terusno
Itulah tadi pembahasan lengkap tentang segata/sagata/pattun/adi-adi. Jika artikel di atas bermanfaat, jangan lupa bantu sebarkan ke yang lain ya suoaya sastra Lampung terus dapat dilestarikan oleh kita semua sebagai masyarakat Lampung.
arti dalam bahasa indonesia dari sagata tersebut apa ya?