Sejarah Abung Siwo Migo di Lampung

  • Whatsapp

Lampung secara umum terbagi menjadi dua kelompok adat besar yaitu Lampung Beradat Pepadun dan Lampung Beradat Pesisir. Perbedaan kedua kelompok adat tersebut seperti yang kita ketahui di semua literatur yang ada, kelompok masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dikenal lebih demokratis. Dikatakan demokratis karena dalam proses pelaksanaan adat khususnya Gelar Suttan (Penyimbang) dapat dilakukan oleh siapapun sesuai dengan ketentuan Adat Pepadun yang berlaku, bahkan suku lain (Jawa, Sunda dll) pun dapat melakukannya dengan syarat diangkat terlebih dahulu melalui Adat Muwaghi dengan Ulun Lampung itu sendiri.

Lampung Pepadun di dalam masyarakatnya terbagi lagi ke dalam lima kelompok masyarakat adat. Kelima kelompok masyarakat adat tersebut diantaranya ialah kelompok masyarakat Abung Siwo Migo, kelompok masyarakat Megow Pak, Kelompok Masyarakat Pubian Telu Suku, Kelompok Masyarakat Sungkai Bunga Mayang dan Kelompok Masyarakat Way Kanan Kebuayan Lima.

Bacaan Lainnya

Abung Siwo Migo adalah kelompok masyarakat adat terbesar di Lampung. Abung adalah sebuah nama kelompok masyarakat, sedangkan Siwo Berarti Sembilan dan Migo Memiliki Arti Marga. Dikatakan terbesar disini dikarenakan kelompok masyarakat tersebut memiliki masyarakat, wilayah, yang besar pula. Abung Siwo Migo sendiri memiliki sembilan kelompok masyarakat adat yang tergolong ke dalam Buay (Marga). Kesembilan Marga tersebut ialah Marga Nunyai, Marga Unyi, Marga Subing, Marga Nuban, Marga Beliuk, Marga Nyerupo, Marga Selagai, Marga Kunang dan Marga Anek Tuho. Kesembilan Marga yang berhimpun ke dalam Abung Siwo Migo Tersebut Adalah Satu Keluarga Besar Baik Sekandung maupun Saudara Angkat (Muwaghi).

Di masing-masing Kesembilan Marga dalam kelompok Abung Siwo Migo tersebut memiliki pesan yang di setiap Gelaran Adat Begawi dicanangkan. Pesan tersebut dikenal dengan istilah Panggeh.

Panggeh atau dengan kata lain pesan tersebut dibuat oleh masing-masing Kebuayan sejak zaman dahulu kala hingga saat ini tetap Eksis Sebagai Bukti dan Gambaran Jati Diri Marga Masing-Masing, Juga Sebagai Tanda Kehormatan.
Panggeh Dimaksud Adalah Sebagai Berikut :

1. MARGA NUNYAI

Dari sembilan Marga Abung, Buay Nunyai merupakan pemimpin, karena paling tua, selain itu tanda mereka adalah serba kecukupan. “Ngemulan batin sebuay nunyai,Mergo siwo tanjar semapew, Akkun begawei nguppulken sumbay, Serbo cukup tandono liyeuw”. Artinya, “Keturunan pemimpin si buay nunyai, Sembilan marga sejajar berdampingan, Setiap pesta adat mengumpulkan saudara, Serba kecukupan dalam hidupnya”.

Nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Nunyai yakni :

  • Kampung Kota Alam;
  • Kampung Blambangan;
  • Kampung Bumi Abung Marga;
  • Kampung Surakarta;
  • Kampung Bandar Abung;
  • Kampung Mulang Maya;
  • Kampung Gedung Nyapah;
  • Kampung Pungguk Lama;
  • Kampung Penagan Ratu;
  • Kampung Negeri Kegelungan;
  • Kampung Labuhan Dalem;
  • Kampung Banjar Abung;
  • Kampung Kotabumi Ilir;
  • Kampung Kotabumi Tengah;
  • Kampung Kotabumi Udik;
  • Kampung Bumi Nabung Way Abung;
  • Kampung Bumi Nabung Way Seputih;
  • Kampung Bumi Nabung Cappa
  • Kampung Cahaya Negeri

2. MARGA UNYI

Marga Buay Unyi Senang Menolong dan Berbagi Satu Sama Lain.
“Tuladan buay unyi,Gayo ngemulan sako, Mak ngemik anying ngenei,Mulo jejamo mako”.
Artinya, “Buay unyi menjadi teladan, Sejak dahulu berkecukupan, Tidak punya tapi memberi, Sehingga senang bersama-sama”.Nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Unyi yakni :

  • Kampung Gunung Sugih Way Seputih;
  • Kampung Gunung Sugih Baru;
  • Kampung Surobayo Ilir;
  • Kampung Surobayo Udik;
  • Kampung Buyut Ilir;
  • Kampung Buyut Udik;
  • Kampung Rantau Jaya;
  • Kampung Teluk Dalem Way Seputih;
  • Kampung Rantau Jaya;
  • Kampung Sukadana.

3. MARGA SUBING

Marga Subing Sejak Dahulu Sudah Kaya dan Setiap Pesta Adat Selalu Menyandang Tiga Keris. Biasanya Dua Keris Tapi Karena Berhasil Menang Melawan Bajak Laut/Bajau Saat Itu, Keris Bajak Laut Dirampasnya.
“Cemeccek batin layin wat appay,Liwakno ho sangun kak mappeu,Akkun begawey nguppulken sumbay,Selek tigo tandono liyeu”. Artinya, “Sejak dahulu berjiwa kepemimpian, Sejak dulu sudah kaya, Setiap pesta adat mengumpulkan saudara, Menyandang tiga keris”. Nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Subing yakni :

  • Kampung Terbanggi Besar;
  • Kampung Terbanggi Ilir;
  • Kampung Terbanggi Labuhan;
  • Kampung Terbanggi Marga;
  • Kampung Terbanggi Agung;
  • Kampung Terbanggi Subing;
  • Kampung Metaram Tua;
  • Kampung Metara Ilir;
  • Kampung Metaram Baru;
  • Kampung Metaram Marga;
  • Kampung Lempuyang Bandar;
  • Kampung Rajo Baso Batang Hari;
  • Kampung Rajo Baso Lamo;
  • Kampung Rajo Baso Baru;
  • Kampung Labuhan Ratu Megeraw;
  • Kampung Jepara Panet;
  • Kampung Indra Subing;
  • Kampung Semangka Kota Agung.

4. MARGA NUBAN

Marga Nuban Adalah Anak Perempuan.
“Buay nuban sejaro timbay,Anjak dijaman sang bimo ratu,Wateu bebagei sikam pak mubai,Nuwak tano semapeu tungguw”. Artinya, “Buay nuban sejaro dulu, Dari jaman sang bimo tunggal, Waktu berbagi kami empat perempuan, Hingga sekarang menunggu berdampingan”. Adapun nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Nuban yakni :

  • Kampung Bumi Jawo;
  • Kampung Bumi Tinggi;
  • Kampung Bumi Ratu;
  • Kampung Kampung Gunung Tigo;
  • Kampung Lihan;
  • Kampung Gedung Dalem;
  • Kampung Suraja Nuban.

5. MARGA BELIYUK

Empat Puluh / Pak Likur (40) Dau Adat Dari Ngejuk Ngakuk Marga Beliyuk Setelah Berselisih Dengan Marga Nunyai.
“Anak kudo kecacah awas, Sebidang ruang semapeu tungguw, Akun begawei lagi digilas, Pak likur daw tandono liyeuw”.
Artinya,
“Anak kuda awas kesohor, Sebidang ruang menunggu berdampingan, waktu pesta adat, Harta berlebih”. Adapun nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Beliuk yakni:

  • Kampung Bandar Putih;
  • Kampung Tanjung Ratu;
  • Kampung Gedung Ratu;
  • Kampung Negeri Nabun;
  • Kampung Negeri Nabun;
  • Kampung Negeri Jematen;
  • Kampung Negeri Tua.

6. MARGA NYERUPO

Marga Nyerupo Yang Sebelumnya Kedudukannya Diisi Oleh Marga Bulan, Namun Setelah Terjadi Perselisihan di zaman Belanda Kedudukan Marga Bulan Digantikan Oleh Marga Nyerupo, Kemudian Marga Bulan Masuk Kedalam Kesatuan Adat Megow Pak. “Gajah ingai sekappung, Nyepurung sapu jagad, Nyeberang suwo nginum, Mak neteng kanan kiri”.
Artinya, “Gajah ingai sekampung, Memutar sapu jagat, Nyeberang sekalian minum, Tidak melihat kanan kiri”.
Nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Nyerupo yakni :

  • Kampung Komering Putih;
  • Kampung Komering Agung;
  • Kampung Fajar Bulan.

7. MARGA SELAGAI

Marga Selagai Pergi Terlebih Dahulu Ke Banten dan Mendapatkan Gelar Pangeran/Adipati. “Kimas sako ngeberan, Lem abung siwo migo, Baten lagi rusuan, Yo sangun meno sibo”. Artinya, “Pemimpin dulu pangeran, Dalam abung siwo migo, Banten dan rasuan, Dia memang selalu duluan”. Nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Selagai yakni :

  • Kampung Pekurun;
  • Kampung Negeri Agung;
  • Kampung Tanjung Ratu Selagai;
  • Kampung Gedung Nyapah Selagai;
  • Kampung Negeri Katun;
  • Kampung Gedung Wani;
  • Kampung Nyappir;
  • Kampung Gedung Gematti.

8. MARGA KUNANG

Sewaktu Marga Nunyai Turun Dari Cuguk Gatcak Ke Way Abung/Rarem Mereka Sudah Menjumpai Marga Kunang Yang Telah Bermukim Disekitaran Bujung Penagan. “Buay kunang nyahajo,Jak aji pemanggilan,Dilem pengawo siwo, Bumei meno pesayan”. Artinya, “Buay kunang bersahaja, Dari aji pemanggilan, Dalam marga sembilan, duluan sendiri”.
Nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Kunang yakni:

  • Kampung Aji Kagungan;
  • Kampung Pager;
  • Kampung Tanjung Kemalo;
  • Kampung Negaro Ratu Natar;
  • Kampung Negaro Ratu Masgar;
  • Kampung Labuhan Ratu Tanjung Karang.

9. MARGA ANAK TUHO

Kerabat Marga Aji, Marga Anak Tuho Yang Terlebih Dahulu Turun Dari Skala Brak. “Anak aji simeno, Turun jak tali kiang, Sijo saitemen yo, Ngadiken siwo ruang “. Artinya, “Anak aji yg duluan, Turun dari tali kiang, Ini yang sebenarnya, Mengadakan sembilan ruang”. Adapun nama-nama kampung yang masuk dalam wilayah adat Marga Anak Tuho yakni:

  • Kampung Padang Ratu;
  • Kampung Haduyang Ratu;
  • Kampung Kuripan;
  • Kampung Tanjung Harapan;
  • Kampung Negaro Bumi Udik
  • Kampung Negaro Aji Tuho;
  • Kampung Negaro Bumi Ilir;
  • Kampung Bumi Aji;
  • Kampung Aji Pemanggilan.

Sumber Referensi:

  • Sumber Gambar: http://www.katarosim.net/2016/12/abung-siwo-migo-sembilan-kakak-beradek.html
  • http://www.katarosim.net/2016/12/abung-siwo-migo-sembilan-kakak-beradek.htm
  • Barnawi, Erizal. 2013. Penelitian Erizal Barnawi Talo Balak Dalam Upacara Adat Begawei Mupadun Mewaghei Bumei. Kota Alam Lampung Utara.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan ke Wahid Priyono, S.Pd. Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 Komentar

    1. Lampung emang unik kak, sejarah abung siwo migo di Lampung memang beragam dan menarik untuk dibahas.

    1. Marga di Lampung memang beragam banget dan unik untuk dipelajari. Sejarahnya memang penting dilestarikan kok.

    1. iya kak alhamdulillah corak kebudayaan (marga) di Lampung ini banyak dan komplit. Inilah Indonesia dengan kebesaran budayanya.

    1. Sistem marga dan adat istiadat masih berlaku kak di Lampung. Dan harus terus dilestarikan pastinya.

  1. Waaahh, ternyata yang memiliki marga enggak cuma orang medan atau batak aja ya. Lampung juga marganya banyak sekali. Beneran deh, nama marganya juga bagus, unik. Pasti ada rasa kebanggaan tersendiri mempunyai marga

  2. Ini marga-marga di Abung SIwo Migo ini kira-kira bisa diikutsertakan pada nama-nama masyarakatnya gak ya mas? Kayak di Sumatra Barat itu belakang namanya bisa jadi Piliang, Caniago, Tanjung, Sikumbang, dan sejenisnya. Kira-kira sama lah ini ya kalo di Minang itu ada istilahnya Minang pasisia atau orang Minang yang tinggalnya lebih dominan berdekatan dengan laut/ pesisir.

    1. Setahuku enggak mbak. Itu cuma sistem marga yang mengcover kehidupan masyarakat tiap-tiap kampung di bawah nama marganya.

  3. Melihat banyaknya marga lampung ini aku jadi ingat pernah ketemu kamus bahasa lampung. Kata temanku dialeg orang lampung masing2 berbeda. Itu cukup rumit. Aku baru beberapa kali ke lampung, walau sekarang jadi dekat dengan Palembang.