Sejarah Taman Ismail Marzuki Dari Masa Ke Masa

  • Whatsapp
Taman Ismail Marzuki Jakarta
Taman Ismail Marzuki Jakarta (Sumber gambar: Jakarta.bisnis.com)

Masyarakat ibukota Jakarta pastinya tidak asing lagi dengan Taman Ismail Marzuki (TIM). Lokasinya juga tidak jauh dengan gedung-gedung bersejarah yang ada di Cikini. Dari Gedung Joang 45 ke Taman Ismail Marzuki, hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit, cukup berjalan kaki saja biar semakin sehat.

Taman Ismail Marzuki juga dikenal oleh masyarakat luas sebagai tempat untuk berkumpulnya para seniman dalam menuangkan ide dan ekspresinya.

Bacaan Lainnya

Perlu diketahui bahwa Taman Ismail Marzuki ini dibangun pada lahan seluas lebih kurang delapan hektar. Pembangunan dan peresmian gedungnya juga langsung diprakarsasi oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, pada 10 November 1968.

Awalnya lahan untuk pembangunan TIM ini yaitu ruang rekreasi umum Taman Raden Saleh dan kebun binatang Jakarta (saat ini sudah pindah ke Ragunan). Karena beberapa pertimbangan, akhirnya Gubenur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin menjelma area ini untuk dijadikan pusat kesenian supaya para seniman Jakarta dapat berkarya tanpa batas. Nama Ismail Marzuki pada bangunan yang penuh dengan kesan budaya ini dipilih atas penghargaan seniman asal Betawi (Jakarta) yang berjasa menciptakan lebih dari 200 lagu, di antaranya lagu-lagu perjuangan bangsa Indonesia saat itu, seperti Halo-Halo Bandung, Berkibarlah Benderaku, Nyiur Melambai serta Sepasang Mata Bola.

Di dalam kompleks Taman Ismail Marzuki terdapat 6 ruang teater modern, gedung arsip, bioskop, galeri dan balai pameran. Selain itu juga terdapat Planetarium Jakarta yang pada saat itu diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1964.

Tidak hanya arena pertunjukan saja, nyatanya Taman Ismail Marzuki ini juga dikenal sebagai sejarah dan bangkitnya seni dan kebudayaan di Indonesia dari masa ke masa.

Sejarah TIM Dari Masa Ke Masa

Pada masa lalu sebelum TIM menjadi pusat kesenian dan kebudayaan, maka para seniman menuangkan ide dan ekspresinya di Pasar Senen dan Balai Budaya Jakarta. Namun, pada tahun 1968, terjadilah perbedaan pandangan ideologi politik mengakibatkan para seniman tidak bisa lagi berkarya di sana. Karena perbedaan itu, maka Ali Sadikin mencarikan tempat pengganti bagi para seniman dan terpilihlah lahan di area Cikini Raya. Area itu sebelumnya yaitu ruang rekreasi terbuka Taman Raden Saleh dan kebun binatang Jakarta.

Ali Sadikin mempercayai dan menggaet para seniman untuk merancang bangunan TIM. Karena kepercayaan itulah, para seniman dan budayawan berkumpul mendiskusikan tentang pembangunan TIM yang dilaksanakan pada saat itu di Kantor Harian KAMI dan pondokan Salim Said yang terletak di Matraman Raya.

Adapun tokoh seniman dan budayawan yang sering ngumpul dan nongkrong bareng yaitu Arifin C. Noer, Goenawan Mohamad, Ed Zulverdi, dan Sukardjasman.

Dan pada akhirnya, rancangan dalam pembentukan TIM jadi lalu kemudian diketik oleh Arifin C. Noer. Berkas rancangan pembangunan wajah TIM itu lalu ia serahkan ke Christianto Wibisono lalu kemudian diteruskan kepada Ali Sadikin.

Ali Sadikin menyetujui bahwa Pemprov DKI akan menyediakan sarana, dana, dan fasilitas penunjang operasional TIM. Sedangkan pada saat itu untuk pengelolaan TIM sepenuhnya dilakukan oleh seniman dan budayawan.

Ali Sadikin selanjutnya membentuk Badan Pembina Kebudayaan atau sering dikenal sebagai Dewan Kesenian Jakarta. Badan itu beranggotakan 25 orang termasuk Trisno Soemardjo yang ditunjuk sebagai ketua.

Anggota dari badan itu antara lain Arief Budiman (sastrawan), Zaini (pelukis), Binsar Sitompul (musikus), Sardono W. Kusumo (penata tari), Teguh Karya (sutradara), Taufiq Ismail (penyair).

Selanjutnya, Pramana Padmodaryana (pemain teater), Goenawan Mohamad (sastrawan), H.B Jassin (kritikus sastra), Misbach Yusa Biran (sutradara film dan sineas), Ayip Rosidi (penulis), Asrul Sani (penulis naskah drama dan sutradara film), Moh. Amir Sutaarga, Oesman Effendi, D. Djajakusuma (sutradara film), Sjuman Djaja (sutradara film) dan D.A Peransi (perupa).

TIM Sebagai Sarana Rekreasi dan Hiburan

Sejak berdirinya TIM menjadi saksi sejarah perkembangan seni dan kebudayaan di Indonesia. Saat itu, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) memberikan fasilitas penuh kepada para seniman yang telah merawat TIM dan menampilkan banyak kreasi seni baik skala lokal, nasional, maupun internasional.

Sebagai contohnya seorang sastrawan bernama W.S. Rendra mengatakan bahwa karya dari Sardono W. Kusomo bertajuk Samgita Pancasona (1969) lahir di TIM. Pertunjukan teater juga aktif ditampilkan di TIM oleh Teater Koma serta Teater SAE.

Tidak hanya karya seni dan budaya dalam negeri saja yang dipertunjukan, TIM juga seringkali menjadi sarana pertunjukan kesenian kelas dunia. Salah satunya yaitu koreografer ternama dunia asal Amerika Serikat Martha Graham pernah tampil di TIM pada tahun 1974. Selain itu, terdapat koregrafer asal Jerman yaitu Pina Bausch (1974), pertunjukan kelompok butoh pertama di Indonesia Byakkosha (1981), dan masih banyak yang lainnya.

TIM Sebagai Sarana Edukasi

Para seniman yang aktif di TIM pada akhirnya menjadi pengajar di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Saat itu letak kampusnya ada di area belakang kompleks TIM.

Sebelum menjadi area gedung perkuliahan, maka area ini dulunya adalah arena pacu balap anjing. Pada tanggal 25 Juni 1976, Presiden Republik Indonesia, Soeharto meresmikan lembaga pendidikan seni yang ada di TIM ini.

Sistem pendidikan yang dipakai menggunakan sistem sanggar atau padepokan. Tenaga pengajar pun kebanyakan berasal dari para seniman yang sudah banyak karyanya TIM.

Kemudian lima tahun setelah diresmikannya lembaga pendidikan LPKJ ini, maka lembaga pendidikan tersebut berganti nama menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan sistem pendidikan formal sesuai dengan berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu.

Wajah Baru TIM

Saat ini juga Pemprov DKI Jakarta sedang melakukan revitalisasi di area kompleks TIM supaya lebih banyak sanggar, gedung seni dan juga gedung lain yang mendukung dalam kegiatan para seniman dan mahasiswa. Nantinya revitalisasi akan dilakukan dalam dua tahap.

Rencananya pada tahap pertama yaitu pembangunan fasilitas baru di Plaza Graha Bhakti Budaya, hotel, masjid Amir Hamzah, pusat kuliner, gedung perpustakaan, serta galeri seni. Sedangkan pada tahap kedua yaitu renovasi pada gedung planetarium, asrama seni budaya, dan gedung teater.

Kita pastinya berharap Revitalisasi TIM ini semoga berjalan dengan lancar dan bisa menampilkan Wajah Baru Tim baik dari gedung kesenian dan area TIM yang lebih berasa aura seni dan kebudayaannya. Kita tunggu saja pengerjaannya hingga 100%.

TIM Urban Tourism

Hadirnya wajah baru TIM dengan diadakannya revitalisasi ini maka diharapkan ke depannya akan ada banyak para tamu asing (TIM Urban Tourism) dari berbagai negara di dunia yang semakin tertarik untuk mengeksplore TIM sebagai pusat seni dan budaya. Dari sinilah, maka secara tidak langsung TIM akan mampu mempromosikan pariwisata, kesenian dan budaya daerah ke kancah lokal, nasional maupun internasional. Sehingga nama TIM akan mendunia serta membangkitkan semangat para seniman dan para kreator seni untuk lebih kreatif, inovatif, dan berjaya di kemudian hari.

Nah, ini saja ya sobat untuk pembahasan sejarah singkat Taman Ismail Marzuki Jakarta dari masa ke masa, semoga bermanfaat dan saya ucapkan terimakasih telah membaca ulasan di atas.

Sumber Referensi:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan ke Wahid Priyono, S.Pd. Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

33 Komentar

    1. Iya betul kak, saya juga semakin penasaran dengan progress akhir 100% TIM dengan wajah barunya 😀 sepertinya akan menarik nih untuk disaksikan 🙂

  1. Taman Ismail Marzuki sangat terkesan bagiku, terutama dengan Planetariumnya. Zaman masih berseragam putih biru ini merupakan agenda study tour. Semoga TIM dengan wajah barunya segera terselesaikan. Sudah gak sabar nih mau berkunjung kesana

    1. Iya kak, di sekolahku juga gitu ada agenda dari guru seni dan sejarah untuk mengadakan study tour di TIM ini. Menarik memang karena di TIM kita bisa belajar banyak insight sejarah bangsa, seni dan kebudayaan nasional.

  2. Dulu saya suka ke TIM buat nonton teater. Kadang ke sana buat janjian sama teman-teman. Makin malam di TIM makin asik. Hihihi.

    Wah, revitalisasi TIM makin bagus ya. Semoga makin keceh.

    1. Betul setuju TIM kalo semakin malem juga semakin seru ya, di beberapa sudut-sudutnya juga kalo siang instagramable banget dan asyik untuk berfoto ria bareng sahabat.

  3. Saya dah lama banget pengen nulis soal TIM. Memotret wajah barunya setelah renovasi yang cukup mengundang pro dan kontra. Ada sebagian masyarakat yang menginginkan visual etnik TIM tetap dipertahankan dengan renovasi kualitas bangunan saja. Tapi dilain pihak ada mereka yang berharap agar TIM mengikuti perkembangan jaman. Nah gegara inilah saya penasaran banget untuk menjadi saksi langsung dari perubahannya.

    1. Makasih kak pandangannya tentang TIM. Pro dan kontra itu bukan hal tabu lagi karena dari sinilah kita bisa bijak dan berpikir jernih dengan musyawarah dalam mengambil keputusan.

    1. Yups kak, saya juga gitu, insya Allah nanti kapan2 ke TIM lagi dan bisa nonton dan menikmati wajah barunya. Jadi penasaran nih 🙂 semoga revitalisasinya cepat selesai 100% aamiin.

  4. Keren nih dengan adanya revitalisasi TIM. Bener banget juga, jadi dengan adanya revitalisasi ini TIM tidak hanya diberdayakan u.para sastrawan/wati, seniman/wati tapi juga bisa bermanfaat bagi masyarakat keseluruhan.

  5. Menjadi tempat berawal kebangkitan seni dan budaya juga ya Taman Ismail Marzuki ini. Padahal waktu sebelum pandemi pengen bisa kesana tapi alhasil belum kesampaian. Tentunya setelah selesai revitalisasi ini maka TIM semakin besar dan bisa lebih menampung para seniman ya.

  6. Tak sabar menanti renovasi TIM selesai. Pasti akan langsung banyak yang ke sana karena penasaran banget. TIM menjadi salah satu pelestari budaya di Indonesia dengan pagelarannya.

    1. Iya benar sekali kak Susi, bahwa TIM ini tempat berkumpulnya para seniman profesional yang ahli dibidangnya tersebut. Banyak sekali event dan acara pertunjukkan seni yang menghibur dan edukatif.

  7. Daku belum melihat secara langsung nih wajah baru TIM.
    Pastinya bakal makin bermanfaat karena sudah apik dan tertata bagus.

    1. Jika membaca tulisan artikel dari mas Wahid, saya merasakan inspirasi baik pengalaman, kiat maupun tempat bersejarah. Selalu memberikan jejak dan ruang pembaca mengingat karya bangsa.

    2. Iya kak, mudah2an wajah baru TIM bisa menjadi icon TIM yang semakin dicintai oleh masyarakat Indonesia dan dunia.

    1. Wah ide bagus nih kak, ayok ajak anggota keluarga tuk berlibur mampir ke TIM. Ajak anak2 bagus malah kak bisa untuk mengenalkan mereka dengan budaya Indonesia yang ada.

  8. Paling suka ke sini buat ke perpustakaan dan planetarium, malah belum pernah ke gedung TIMnya, cuma selewatan aja. Gak sangka udah sekeren itu pembangunannya, semoga makin banyak kegiatan positif di sana

  9. Ah, kangen main ke sini. Beberapa kali pernah nonton dan jajan di TIM. Penasaran untuk melihat langsung wajah baru Taman Ismail Marzuki. Bisalah direncanakan untuk akhir pekan nanti